Telset.id, Jakarta – Sebuah objek antarbintang berbentuk cerutu berwarna kemerahan yang disebut Oumuamua jatuh melalui tata surya kita. Objek yang sempat diduga alien planet lain itu ternyata merupakan puing-puing dari sebuah planet yang terkoyak.
Menurut para peneliti, Oumuamua terkoyak ketika berkeliaran terlalu dekat dengan bintang jauh yang pernah diorbitnya. Para ilmuwan sempat bingung dengan asal-usul dan sifat Oumuamua sejak ditemukan 2017.
{Baca juga: Ilmuwan NASA Temukan Markas Alien di Planet Mars}
Bahkan, ada yang meyakini bahwa Oumuamua mungkin merupakan pesawat luar angkasa atau alien planet lain. Astronom Yun Zhang dan Doug Linmengatakan, simulasi komputer mengindikasikan bahwa itu adalah sisa planet.
Seperti dikutip Telset.id dari New York Post, Kamis (16/4/2020), Oumuamua merupakan objek pertama dari sistem bintang lain yang ditemukan melewati tata surya kita. Panjangnya diperkirakan sekitar 400 meter.
Bentuk yang memanjang, gerakan aneh dan penampilan kering, serta tidak memiliki ekor debu dan gas menunjukkan bahwa Oumuamua bukan komet atau asteroid biasa. Sekarang, kemisteriusannya telah terkuak.
Ketika benda yang lebih kecil lewat di dekat benda yang jauh lebih besar, gaya pasang surut yang diberikan oleh benda yang lebih besar dapat merusak benda yang lebih kecil. Peristiwa itu pernah terjadi pada 1992.
Kala itu, sebuah komet bernama Shoemaker-Levy 9 berjalan terlalu dekat dengan planet Jupiter. “Mayoritas benda planet terdiri atas banyak potongan batu yang bersatu di bawah pengaruh gravitasi,” kata Zhang.
Sebelumnya, penelitian terbaru menyebut bahwa teka-teki mengenai kehidupan alien mendekati kenyataan. Penelitian mencatat bahwa RNA atau asam ribonukleat, relatif sederhana dibanding DNA alias asam deoksiribonukleat.
Sekadar informasi, DNA membutuhkan sekitar 40 hingga 100 nukleotida agar kehidupan tetap ada. Sebaliknya, menurut penelitian tersebut, nukleotida dapat secara spontan terhubung untuk membentuk RNA mengingat kondisi kimia yang tepat.
{Baca juga: Peneliti: Teka-teki Kehidupan Alien Mendekati Kenyataan}
“Namun, perkiraan saat ini menunjukkan, angka ajaib 40 hingga 100 nukleotida seharusnya tidak mungkin dalam volume ruang yang kita anggap sebagai alam semesta yang dapat diamati,” kata penulis utama penelitian, Tomonori Totani.
Meski demikian, lanjutnya, ada lebih banyak hal di alam semesta daripada yang dapat diamati. Dalam kosmologi kontemporer, disepakati bahwa alam semesta mengalami periode inflasi yang cepat, menghasilkan wilayah ekspansi yang luas.
Wilayah ekspansi yang dihasilkan berada di luar cakrawala. Memfaktorkan volume yang lebih besar tersebut ke model-model abiogenesis sangat meningkatkan peluang terjadinya kehidupan alien di luar angkasa. [SN/HBS]