Telset.id, Jakarta – Teknologi Artificial Intelligence (AI) ditantang untuk melawan pandemi virus Corona atau Covid-19. Namun hal itu masih jadi perdebatan di antara para ahli teknologi. Apakah teknologi AI bisa menangkal pandemi virus di masa depan?
Sebenarnya pada tanggal 30 Desember 2019 lalu para peneliti teknologi AI atau kecerdasaan buatan mendeteksi penyebaran penyakit flu yang tidak biasa yang nantinya disebut sebagai Virus Corona di Wuhan, China.
Temuan tersebut berdasarkan hasil dari penelusuran media sosial dan platform sosial secara global. Sebuah perusahaan teknologi deteksi risiko secara real-time, Dataminr juga memberikan peringatan soal Covid-19 pada 30 Desember 2019 lalu.
Deteksi tersebut didapatkan dari saksi mata di Rumah Sakit Wuhan, foto penyemprotan desinfektan di Pasar Wuhan dan peringatan oleh seorang dokter China yang kemudian meninggal terinfeksi virus tersebut.
{Baca juga: Virus Corona Ikut Pengaruhi Kecepatan Internet di Dunia}
Temuan para ahli teknologi tersebut cukup menarik. Pasalnya temuan mereka lebih cepat dari pernyataan WHO terkait darurat kesehatan masyarakat global untuk novel coronavirus atau Virus Corona.
Spekulasi pun bermunculan perihal apakah AI mampu membatasi atau bahkan menahan tingkat pandemi virus di masa depan?
Tanggapan Para Ahli
Clark Freifeld seorang pakar komputer dari Northeastern University dan HealthMap menilai pertanyaan tersebut sulit dijawab. Menurutnya AI dapat mendeteksi apakah pengguna memiliki penyakit pernapasan atau tidak, namun AI sulit mengidentifikasi mengenai detail dari penyakit tersebut.
“Kami mengidentifikasi sinyal awal, tetapi kenyataannya sulit untuk mengatakan kapan Anda memiliki penyakit pernapasan yang tidak teridentifikasi jika itu adalah situasi yang benar-benar serius,” kata Freifeld.
Kepala eksekutif perusahaan pelacakan penyakit BlueDot, Kamran Khan menilai jika penerapan teknologi AI terkendala dari sifat reaktif yang ditimbulkan oleh ilmuwan ketika menemukan virus baru.
{Baca juga: Ternyata Begini Cara Virus Corona Infeksi Sel Pernapasan Manusia}
“Salah satu tantangan terbesar kami adalah kami cenderung reaktif dalam situasi ini, itu sifat manusia. Setiap kali Anda berurusan dengan penyakit baru yang muncul, Anda tidak memiliki semua jawaban, kata Kamran.
Profesor Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat Universitas Toronto ini menilai jika teknologi AI mampu melacak epidemi dengan menjelajahi beragam sumber mulai dari pemesanan penerbangan, Twitter, Weibo, laporan berita dan sensor pada perangkat yang terhubung.
Keputusan di Tangan Manusia
Secanggih apapun teknologi AI namun untuk urusan pendemi Virus Corona, keputusan tetap di tangan manusia. Menurut Clark Freifeld kecerdasaan buatan sebatas penambah kekuatan untuk mendeteksi pendemi saja.
“Kami menggunakan sistem AI sebagai pengganda kekuatan, tetapi kami berkomitmen pada konsep memiliki manusia di dalam lingkaran,” katanya.
Pernyataan yang sama juga dikatakan oleh perwakilan Flare Capital Partners, Michael Greeley. Menurutnya AI mampu memahami aspek biologis tubuh manusia, sehingga dapat membantu manusia melawan pendemi Virus Corona.
“Kami dapat menjalankan simulasi yang belum pernah kami lakukan sebelumnya, kami memahami jalur biologis yang tidak pernah kami pahami sebelumnya, dan itu semua karena kekuatan AI,” tutur Michael.
{Baca juga: AI dari Alibaba Mampu Deteksi Virus Corona dalam Sekejap}
Kecanggihan AI yang membutuhkan keputusan manusia adalah kemampuannya untuk melacak mobilitas masyarakat dan pasien terinfeksi melalui ponsel mereka.
Caranya, menurut Kamran Khan, dengan mendeteksi lokasi ponsel sehingga dapat memastikan apakah pasien tetap di ruang isolasi dan orang-orang tetap menjaga jarak sosial.
Pendapatan Khan ditentang oleh CEO HealthVerity, Andrew Kress. Kebijakan tersebut beresiko karena bertentangan dengan privasi masyarakat. Andrew pun menyarankan supaya perlu dilakukan diskusi yang intens jika ingin mengawasi masyarakat dengan menggunakan teknologi AI.
“Kita perlu melakukan diskusi nyata tentang keseimbangan dan utilitas seputar kasus penggunaan khusus dan kemungkinan jenis penelitian yang tepat untuk terus mencari cara baru untuk memanfaatkan beberapa sumber data nontradisional ini,” kata Kress.
Deteksi Data Penelitian
Kemampuan terakhir yang bisa dilakukan teknologi AI untuk melawan Virus Covid-19 adalah mendeteksi data penelitian. AI digunakan untuk menjelajahi ribuan studi penelitian untuk mendapatkan petunjuk tentang perawatan yang efektif melawan Covid-19.
Para peneliti pada pekan lalu bergabung dengan Gedung Putih untuk membuka akses pada 29 ribu artikel riset virus corona yang bisa dipindai untuk menganalisa data yang ada.
Peneliti ini berasal dari Allen Institute for AI, Chan Zuckerberg Initiative, Microsoft dan Georgetown University. Penelitian tersebut juga didukung oleh Kaggle yaitu komunitas mesin pembelajaran dan ilmu data yang dimiliki oleh Google.
Dilansir Telset.id dari AFP pada Jumat (27/03/2020) CEO dan co-founder Kaggle, Anthony Goldbloom menilai sulit untuk membaca lebih dari 20 ribu artikel penelitian dengan cepat jika dilakukan secara manual.
{Baca juga: Virus Corona Serang Italia, Apple Terkena Dampaknya}
“Sangat sulit bagi orang-orang untuk secara manual membaca lebih dari 20.000 artikel dan mensintesiskan temuan mereka,” kata Anthony.
Melalui teknologi AI, Anthony berharap supaya artikel bisa dibaca dengan cepat sehingga ilmuwan bisa menemukan cara efektif untuk melawan pendemi Virus Corona yang telah menewaskan ratusan ribu orang di seluruh dunia.
“Harapan kami adalah bahwa AI dapat digunakan untuk membantu menemukan jawaban untuk serangkaian kunci pertanyaan tentang Covid-19,” tutupnya. [NM/HBS]