Telset.id – Era ponsel gaming telah dimulai di Indonesia, dan dimulai oleh hadirnya Black Shark 2 Pro. Pasti warganet maupun pembaca bertanya, “Kenapa bukan Asus ROG Phone sob?”. Untuk tahu jawabannya, simak review ponsel gaming Black Shark 2 Pro.
Jawabannya satu, smartphone tersebut memang diperkenalkan pada Desember tahun lalu. Tapi, akibat terkendala TKDN dan kebijakan lainnya, smartphone gaming ini tidak dijual atau dipasarkan.
Makanya, Black Shark 2 Pro kami sebut sebagai permulaan era ponsel gaming di Indonesia. Sebab, smartphone itu diluncurkan dan dijual resmi di Tanah Air dengan harga mulai dari Rp 7,9 jutaan sampai Rp 8,9 jutaan untuk edisi spesial bernama Lava Orange.
Lantas, sebenarnya seperti apa sih kelebihan dari smartphone gaming dari merek yang mendapatkan suntikan dana dari Xiaomi ini? Apakah memberikan pengalaman gaming yang berbeda dibandingkan smartphone lain yang hanya mengandalkan “fitur gaming”?
Well, kami akan memberikan jawaban sekaligus ulasan lengkapnya lewat review ponsel gaming Black Shark 2 Pro. Untuk itu, sebaiknya simak baik-baik review ponsel gaming Black Shark 2 Pro berikut ini ya!
Desain
Ponsel gaming Black Shark 2 Pro kami ibaratkan punya desain bak supercar yang punya cukup banyak lekukan untuk meningkatkan aerodinamis dan performanya di jalanan. Pasalnya, smartphone ini punya form factor yang berbeda dibandingkan smartphone lain yang beredar di pasaran.
Form factor yang kami maksud adalah desain body belakang yang cenderung tidak rata atau punya lekukan. Ya memang, ini untuk menambah kesan gaming pada smartphone. Tapi sebenarnya, lekukan tersebut dibuat bukan sekadar untuk gaya-gayaan doang.
Lekukan itu sengaja dirancang untuk menyesuaikan genggaman tangan pengguna ketika main game di mode landscape. Pasti nih, ada warganet atau pembaca yang bertanya, “Kenapa landscape saja, gak sekalian portrait?”.
Come on guys, game populer masa kini, dan rata-rata game yang dipertandingan di ajang mobile eSport, merupakan game yang dimainkan di mode landscape. Contoh, COD Mobile, PUBG Mobile, Mobile Legends, AoV, sampai eFootball PES 2020 juga modenya landscape. Jadi, wajar saja vendor seperti Black Shark merancang smartphone-nya untuk menyesuaikan mode ini.
Kembali lagi ke soal lekukan. Jadi, desain tersebut memungkinkan gamers atau pengguna jadi nyaman saat bermain game. Ibaratnya, saat menggenggam smartphone, tangan pengguna seolah diberikan tempat yang pas alias pewe ketika main game favorit.
Unit Black Shark 2 Pro yang kami review dilapisi oleh warna Iceberg Grey, yang memadukan warna silver dengan warna biru muda. Jujur saja, warna ini membuat smartphone gaming tersebut tampak berbeda dibandingkan ROG Phone yang dikemas dalam warna perpaduan hitam dan merah.
Selain berbeda, warna ini menegaskan kalau perangkat gaming juga berhak untuk mendapatkan warna-warna lainnya, bukan cuma warna gelap yang terkesan gahar, galak, dan sangar. Lalu, Black Shark 2 Pro gak gahar dong?
Ya, itu dia konsekuensi penggunaan warna berbeda di smartphone ini. Kesan gaming-nya “kurang dapet” apabila disandingkan dengan ROG Phone generasi pertama maupun kedua.
{Baca juga: Review Redmi Note 8 Pro: Comeback Sempurna dari Xiaomi}
Untung saja, Black Shark menyematkan lampu RGB body belakang, serta di sisi kiri dan kanannya. Kalau head to head soal lampu RGB dengan ROG Phone, smartphone ini unggul jumlah lampu, apalagi lampu RGB-nya bisa dikustomisasi dan disesuaikan dengan game atau aplikasi tertentu, seperti Spotify.
Pada body belakang berlekuk ini, terdapat dua kamera belakang yang diposisikan vertikal bersama LED Flash di pojok kiri atas body. Desain kamera itu cenderung biasa saja, tidak di “aneh-aneh” dengan menggunakan frame kamera atau ornamen lainnya.
Pindah ke bagian depan. Selintas, desainnya mirip smartphone di tahun 2017 dan 2018 awal ketika smartphone notch dengan bezel tipis masih sedikit populasinya. Desain bagian depannya terlihat sederhana dengan bezel atas dan bawah yang cukup tebal.
Hadirnya bezel itu bukan tanpa alasan. Black Shark membawakan speaker stereo yang ditempatkan di atas dan bawah smartphone. Untuk layar, smartphone tersebut menggunakan panel layar AMOLED buatan Samsung dengan ukuran 6,39 inci beresolusi Full HD+. Layarnya juga sudah mendukung in-display fingerprint dengan respon yang cukup cepat.
Secara overall, sebenarnya kami menyukai desain Black Shark 2 Pro. Alasannya, smartphone ini punya form factor berbeda yang menyuguhkan kenyamanan bagi kami sebagai pengguna saat bermain game di mode landscape.
Kesan gaming bukan cuma didapatkan dari form factor body dan lampu RGB pada Black Shark 2 Pro saja, tapi juga karena kehadiran tombol khusus Shark Space yang berada di frame kiri atas smartphone. Tombol khusus yang akan kami bahas di sub judul selanjutnya itu merupakan tombol untuk mengaktifkan mode gaming di smartphone.
Meski demikian, kami menemukan beberapa kekurangan yang harus Anda ketahui. Pertama, body Black Shark 2 Pro terasa tebal dengan bobotnya yang cukup berat untuk sebuah smartphone.
Kedua, layarnya yang hanya menawarkan refresh rate 60Hz saja. Tidak seperti Realme X2 Pro hingga ROG Phone yang menawarkan refresh rate 90Hz, apalagi ROG Phone 2 yang punya layar dengan refresh rate maksimal 120Hz.
Bagi Anda yang kurang paham soal refresh rate ini, singkatnya adalah hitungan berapa kali gambar pada layar di-refresh dalam satu detik. Jadi apabila 90 Hz, maka rata-rata gambar yang ditampilkan pada layar smartphone akan di-refresh 90 kali setiap detiknya.
Secara kasat mata, memang tidak terlalu terlihat perbedaannya dibandingkan 60 Hz. Namun apabila memainkan game berkualitas tinggi, maka akan terasa perbedaannya oleh mata. Sebab, semakin tinggi refresh rate, maka konten yang ditampilkan akan semakin halus dan optimal.
Kekurangan ketiga, tidak ditemukan banyak port pada Black Shark 2 Pro. Hanya disediakan satu port USB-C saja pada smartphone ini, tanpa adanya port USB tambahan untuk main di mode landscape maupun jack audio 3,5mm.
Performa
Meski minus refresh rate 90Hz maupun 120Hz, tapi layar AMOLED buatan Samsung pada smartphone gaming ini telah disematkan sejumlah teknologi untuk menunjang aktivitas gaming para penggunanya.
Layar Black Shark 2 Pro telah memiliki image processor tersendiri hasil kerja sama dengan Pixelworks. Lewat prosesor yang terpisah, kualitas layar smartphone ini layaknya Smart TV canggih dengan kualitas layar terbaik.
Selain itu, layarnya juga sudah mendukung touch-sensing 240Hz dengan response time 34,7 ms, yang membuatnya sebagai salah satu layar sentuh dengan latensi terendah, tercepat dan paling responsif saat ini.
Kemudian, terdapat fitur Master Touch 2.0, yang memanfaatkan sensor tekanan di dalam layar. Fitur ini memungkinkan pengguna untuk menyesuaikan area kiri dan kanan layar untuk melakukan beberapa tindakan atau aksi pada game favorit. Fitur tersebut bisa diatur dengan mudah pada mode Shark Space. Wahh… “penebus dosa” refresh rate 60Hz banyak juga ya!
Black Shark 2 Pro merupakan smartphone resmi pertama di Indonesia yang ditenagai oleh prosesor Octa-core (1×2.96 GHz Kryo 485 & 3×2.42 GHz Kryo 485 & 4×1.78 GHz Kryo 485) Snapdragon 855+ (7nm).
Prosesor bertenaga itu dikombinasikan dengan GPU Adreno 640, RAM 8GB/12GB, memori penyimpanan 128GB/256GB berjenis UFS 3.0, serta baterai berkapasitas 4,000 mAh dengan fast charging 27W.
Dapur pacu super kencang ini didukung oleh sistem pendingin yang mumpuni untuk menurunkan suhu smartphone secara signifikan. Sistem pendingin itu bernama Liquid Cooling 3.0+. Sistem cooling ini melapisi seluruh bagian smartphone, sehingga membuat suhu smartphone menjadi jauh lebih merata.
Membahas soal performanya, kami menggunakan tiga aplikasi benchmark, yaitu AnTuTu Benchmark versi 8, 3DMark untuk mengetahui performa GPU dan CPU, serta PCMark untuk mengetahui kemampuannya ketika digunakan untuk bekerja dan sehari-hari.
{Baca juga: Review Realme X2 Pro: Ngebut Berkat Snapdragon 855+ & SuperVOOC}
Berdasarkan pengujian kami di AnTuTu Benchmark, ponsel gaming Black Shark 2 Pro sukses mencatatkan skor 454.608 poin. Sedangkan untuk 3DMark, smartphone ini masing-masing mencatatkan skor 73.431 poin untuk Ice Storm, Max untuk Ice Storm Extreme, 7.323 poin untuk Sling Shot, dan 5.986 poin untuk Sling Shot Extreme OpenGL ES 3.1 serta 5.205 poin untuk Sling Shot Extreme Vulkan.
Kemudian PCMark Work 2.0 Performance. Smartphone tersebut menghasilkan skor 9.491 Poin. Apabila dibandingkan dengan smartphone bertenaga Snapdragon 855+ lainnya, seperti Realme X2 Pro, smartphone ini masih tertinggal untuk pengujian benchmark. Berikut perbandingannya:
Sekarang mari membahas soal kemampuan charging dan daya tahan baterainya. Baterai berkapasitas 4,000 mAh di smartphone ini terbilang punya daya tahan yang biasa saja.
Berdasarkan pengujian menggunakan PCMark, Black Shark 2 Pro mencatatkan waktu 11 jam 6 menit. Sementara saat kami menggunakannya sebagai daily driver dengan estimasi main game secara total kurang lebih 2 jam, hanya bisa bertahan selama 9 jam dengan baterai tersisa 7%, dan screen on-time hampir 6 jam.
Sedangkan untuk kecepatan charging, dibutuhkan waktu hampir 2 jam untuk mengisi baterai dari 5% hingga 100%. Berikut rincian charging dan daya tahan Black Shark 2 Pro:
Gaming
Namanya juga smartphone gaming, ya pastinya tugas utama Black Shark 2 Pro adalah memastikan pengalaman gaming pengguna tetap maksimal di manapun dan kapanpun. Penggunaan Snapdragon 855+ sudah jadi modal awal yang bagus bagi smartphone ini, karena dipastikan, game bergrafis tinggi bisa lancar dimainkan tanpa kendala.
Tapi selain Snapdragon 855+, RAM dan storage yang besar, serta baterai yang lega, Black Shark 2 Pro pun memiliki mode gaming bernama Shark Space. Mode ini bisa diaktifkan dengan mengubah toggle tombol khusus di frame kiri atas smartphone.
Ketika mengaktifkan mode ini, kami bisa mengatur Master Touch, menyesuaikan Gamepad, melihat performa secara real–time, hingga merekam aktivitas gaming melalui Sharktime. Namun yang menarik, justru dengan hadirnya fitur Gamer Studio.
Pasalnya, kami dapat menyesuaikan kemampuan smartphone secara real-time ketika sedang bermain game menggunakan fitur Gamer Studio. Di fitur ini, kami bisa melakukan “overclock” kemampuan CPU, GPU, sampai menambah batas Thermal Cooling dari smartphone via mode Ludicrous Mode.
{Baca juga: Tips Aktifkan “Ludicrous Mode” Black Shark 2 Pro}
Untuk menjajalnya, kami pun mencoba tiga game bergrafis tinggi kami jajal di smartphone ini. Mulai dari COD Mobile, F1 Mobile, hingga PUBG Mobile. Seluruh game ini kami atur di Ludicrous Mode.
COD Mobile dan PUBG Mobile, kami atur “rata kanan” alias kualitas Graphics dan Frame Rate tertinggi. Sedangkan F1 Mobile, menyesuaikan grafis dan frame rate dengan kemampuan smartphone.
Ketika memainkannya, kami mendapatkan pengalaman gaming lancar tanpa lag. COD Mobile dan PUBG Mobile misalnya, kedua game itu bisa stabil dimainkan di 55 fps sampai 60 fps di kualitas grafis dan frame rate tertinggi. Kemudian F1 Mobile yang lancar jaya di 30 fps sampai 45 fps.
Liquid Cooling 3.0+ atau sistem pendingin pada smartphone ini juga bekerja secara cukup maksimal. Memang terasa hangat ketika main game cukup lama, apalagi menggunakan Ludicrous Mode.
Berdasarkan perangkat heat gun yang kami miliki, suhu smartphone mencapai mencapai 37 sampai 40 derajat ketika dipakai main game selama satu jam penuh. Suhu tertinggi yang kami rasakan di body bagian atas dan frame smartphone.
Kamera
Kenapa kami masih saja membahas kamera, padahal smartphone ini fokus ke segmen gaming? Alasan sederhananya, karena ada kamera pada smartphone ini. Andai kata tidak ada kamera depan ataupun belakang, ya kami pun tidak perlu mengulasnya, ya kan?
Meskipun konsumen membeli smartphone gaming, kebutuhan akan fotografi tetap saja wajib dipenuhi. Gak mungkin kan seseorang beli smartphone hanya untuk main game saja tanpa motret sana, motret sini.
Black Shark 2 Pro punya dua kamera di bagian belakang. 48MP sebagai lensa utama aperture f/1.8 dengan sensor Sony IMX586 dan lensa telephoto 12MP aperture f/2.2. Seperti smartphone masa kini, smartphone itu pun disematkan teknologi berbasis AI dan fitur foto malam lho, namanya Super Night Mode.
Secara default, kamera 48MP dari smartphone gaming ini menangkap gambar beresolusi 12MP karena mengusung teknologi Quad Bayer. Teknologi ini mampu memadatkan piksel foto, sehingga detail dan kualitas foto pun menjadi berkualitas baik.
Pengguna juga dapat menangkap gambar real 48MP. Tapi konsekuensinya, file foto menjadi lebih besar. Kami cukup terkejut dengan kualitas foto yang dihasilkan oleh sebuah smartphone gaming.
Sebab, kami awalnya mengira kalau hasil fotonya bakal biasa-biasa saja. Tapi nyatanya, hasil fotonya tak kalah kalau dibandingkan dengan smartphone berkamera 48MP lainnya yang beredar saat ini di Indonesia.
Smartphone gaming tersebut juga punya lensa telephoto 12MP yang memungkinkan kami untuk mengambil gambar dengan optical-zoom hingga 2 kali. Namanya juga perbesaran secara optik, maka hasilnya pun masih jernih, detail, dan punya warna berkualitas, layaknya memotret menggunakan lensa utama. Berikut hasil fotonya dari dua kamera utama Black Shark 2 Pro:
Kamera 48MP (Quad Bayer 12MP):
Kamera 48MP:
Kamera Telephoto 12MP:
Sudah kami sebutkan sebelumnya, kalau Black Shark 2 Pro telah disematkan fitur foto malam bernama Super Night Mode. Pada awalnya, kami mengernyit dahi sambil berkata “Ini HP gaming ada night mode, serius?”. Kami pun lantas bergegas ke Central Park, Jakarta untuk menjajal foto malam di sana. Hasilnya, wow!
{Baca juga: Review Redmi Note 8: Pilihan Paling Menarik di Kelas Mid-range}
Black Shark 2 Pro mampu menghasilkan foto malam yang berkualitas, minim noise, dan punya komposisi warna yang tepat dan tidak lebay. Saat diperbesar, hasilnya pun cukup punya detail yang baik. Berikut beberapa hasil fotonya:
Untuk kamera depan, Black Shark menanamkan lensa 20MP. Resolusi itu bahkan jauh lebih besar daripada yang ditawarkan Realme X2 Pro yang hanya 16MP saja. Kamera ini telah didukung fitur berbasis AI yang bisa membuat wajah kami saat selfie jauh lebih ganteng dan halus dari aslinya.
Kamera depan penting bagi pengguna atau gamers untuk merekam streaming video game ataupun mengambil vlog sambil main game. Beruntung, Black Shark 2 Pro memiliki kamera depan yang memberikan sentuhan yang cukup bagus, tapi sedikit lebay saat memberikan tone warna dan kehalusan pada wajah. Berikut hasilnya:
Membahas kemampuan videonya, Black Shark 2 Pro mampu merekam video hingga maksimal 4K @60fps. Secara fitur, kameranya tidak didukung oleh OIS maupun EIS, namun Black Shark tetap menyematkan fitur Image Stabilization yang terbilang “useless”. Kenapa?
Sebab, tidak ada bedanya ketika fitur itu diaktifkan atau tidak. Hasil video cenderung apa adanya untuk masalah stabilisasi. Tapi, kalau berbicara soal kualitasnya, hasil videonya bisa dibilang lumayan membanggakan untuk sebuah smartphone gaming. Berikut hasilnya:
Video tanpa Stabilization:
Video dengan Stabilization:
Kesimpulan
Memang, tidak ada smartphone yang benar-benar sempurna 100% sampai saat ini, termasuk Black Shark 2 Pro. Tapi setidaknya, smartphone ini berhasil menutupi kekurangan tersebut dengan keunggulan yang kami rasa mampu memuaskan hasrat gaming para gamers mobile hardcore di Indonesia.
Layar misalnya. Meski tidak mendukung 90Hz apalagi 120Hz, tapi dengan response time yang cepat dan memiliki teknologi touch sensing hingga 120Hz, kekurangan tersebut masih bisa dimaafkan.
Spesifikasi kelas atas dan fitur gaming mumpuni yang membebaskan pengguna mengoprek performa smartphone juga menjadi nilai tambah. Perpaduan prosesor flagship, RAM, storage, serta baterai yang besar mampu memungkinkan smartphone untuk menjalankan game dengan grafis tertinggi dan berkualitas.
Kamera? Well, meski fokusnya ke segmen gaming, tapi Black Shark tidak lantas menganaktirikan sektor kamera. Kualitas kameranya oke dan patut untuk diapresiasi.
Secara overall, smartphone ini pantas dibeli bukan saja oleh seorang gamers hardcore saja, tapi juga oleh pengguna yang ingin smartphone dengan tampilan berbeda, berkemampuan tinggi, punya kamera berkualitas, dan pastinya, harga yang terjangkau. (FHP/HBS)