Telset.id, Jakarta – Mulai menipisnya jumlah cadangan minyak bumi membuat para peneliti mulai mengembangkan berbagai potensi alam yang lain untuk energi listrik. Selain angin, air dan matahari, mereka mulai menggunakan suhu dingin dari luar angkasa sebagai energi terbarukan.
Dilansir Telset.id dari Ubergizmo pada Senin (16/09/2019), peneliti dari Universitas California, Amerika Serikat (UCLA) berhasil memanfaatkan suhu dingin di luar angkasa untuk menyalakan bola lampu LED.
Dalam makalah yang diterbitkan pada Kamis (12/09/2019), para peneliti menggunakan Thermoelectric Generator untuk menghasilkan listrik.
{Baca juga: Facebook Total Pakai Energi Terbarukan di 2020}
Perangkat dapat menghasilkan listrik dari perbedaan suhu dari sisi panas dan sisi dingin, di mana satu sisi mengarah ke tanah dan sisi lainnya diarahkan ke langit. Adapun biaya yang digunakan untuk memproduksi teknologi ini hanya USD$ 30 atau Rp 421,1 ribu.
“Ini benar-benar sebuah eksperimen yang dapat dilakukan oleh siswa sekolah menengah, dan mungkin akan dilakukan di beberapa titik. Kesederhanaan adalah apa yang membuatnya menarik,” kata salah seorang peneliti Aaswath Raman.
Raman pun mengatakan bahwa jangan berekspektasi besar dengan penemuan ini. Pasalnya mereka hanya mendapatkan energi yang kecil dari suhu dingin luar angkasa tersebut. “Peringatan besar dengan pekerjaan ini yang ingin saya nyatakan di muka adalah bahwa jumlah daya yang kami hasilkan sangat kecil,” tambahnya.
Energi terbarukan mulai dikembangkan oleh banyak pihak. Sebelumnya Google mengumumkan proyek energi tenaga surya di Taiwan pada Selasa (22/1/2019) lalu. Mega proyek itu akan memasok tenaga listrik untuk data center Google di negara tersebut.
{Baca juga: Google Garap Proyek Energi Tenaga Surya di Taiwan}
Proyek itu adalah hasil negoisasi berbulan-bulan antara Google dengan pemerintah dan perusahaan lokal Taiwan. Pemerintah Taiwan belum lama ini memang mengubah regulasi terkait listrik.
Menurut laporan 9to5google, dengan kebijakan pemerintah Taiwan mengubah regulasi listrik, perusahaan non-utilitas memungkinkan untuk langsung membeli energi terbarukan. [NM/HBS]
Sumber: Ubergizmo