Telset.id, Jakarta – Kenaikan tingkat pendidikan dari SD ke SMP nyatanya tak sesederhana berganti pakaian dari putih merah menjadi putih biru. Selain usia yang bertambah, karakter anak yang memasuki usia remaja juga mengalami perkembangan.
Nah, semua perkembangan inilah yang harus diketahui oleh para orang tua maupun guru sehingga dapat membantu dalam proses belajar mengajar. Termasuk juga dalam menentukan konsep belajar yang akan diterapkan.
“Lingkungan sekolah ini merupakan lingkungan artificial yang sengaja diciptakan untuk membina anak-anak ke arah tujuan tertentu, khususnya untuk memberikan kemampuan dan ketrampilan sebagai bekal kehidupannya di kemudian hari. Karena itu, profiling dan pemahaman karakter belajar siswa pun menjadi sangat penting demi memastikan materi pelajaran bisa lebih mudah diserap dan dipahami,” kata Fernando Uffie, pemerhati dunia pendidikan di Indonesia sekaligus Country Manager Extramarks Indonesia.
{Baca juga: Anak-Anak Hanya Tahan 7 Menit Tanpa Ponsel}
Penggunaan teknologi dalam dunia pendidikan (edutech) disebutnya memungkinkan guru, sekolah dan orang tua untuk mengenali karakter siswa secara lebih mendalam. Disamping juga bisa membantu peran mereka dalam memberikan materi pembelajaran yang lebih mudah diserap dan dipahami siswa.
Sekedar informasi, pada rentang usia remaja ini, seluruh aspek perkembangan manusia yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik mengalami perubahan sebagai masa transisi dari masa anak-anak menjadi masa dewasa. Masa remaja dan perubahan yang menyertainya merupakan fenomena yang harus dihadapi oleh guru.
Untuk siswa SMP, perkembangan kognitif utama yang dialami adalah formal operasional, yang mampu berpikir abstrak dengan menggunakan simbol-simbol tertentu atau mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal yang tidak terikat lagi oleh objek-objek yang bersifat konkrit.
Pada ranah afektif, yang berperan adalah perasaan, modal dan emosi. Perkembangan afektif siswa SMP mencakup proses belajar perilaku dengan orang lain atau sosialisasi. Sebagian besar sosialisasi berlangsung lewat pemodelan dan peniruan orang lain.
{Baca juga: Ganjot Prestasi Siswa, Extramarks Gunakan Analisis Big Data}
Pada perkembangan psikomotorik, salah satu perubahan luar biasa tersebut adalah perubahan pertumbuhan tinggi badan dan berat badan, sering menganggap diri mereka serba mampu, sehingga seringkali mereka terlihat “tidak memikirkan akibat” dari perbuatan mereka, dan kadang mengalami proses pencarian jati diri.
“PR utama dunia pendidikan di Indonesia adalah bagaimana meng-amplify peran stake holder pendidikan dalam men-deliver kurikulum yang berlaku, sehingga siswa bisa lebih mudah menyerap materi dalam kurikulum tersebut,” lanjut Uffie.
Ini yang menjadi dasar Extramarks Indonesia menghadirkan solusi belajar digital sesuai kurikulum yang menggunakan pendekatan Learn, Practice dan Test, dengan metode penyampaian yang disesuaikan berdasarkan ragam karakter siswa, apakah itu audio, visual, ataupun kinestetik. Termasuk didalamnya fasilitas monitoring progress belajar siswa dengan mengaplikasikan teknologi big data.