Telset id, Jakarta – Samsung baru saja meluncurkan TV 8K, Samsung QLED 8K TV di Indonesia. Brand asal Korea Selatan ini menjualnya dengan harga hampir mendekati harga mobil LCGC (Low Cost Green Car) di Tanah Air.
Seperti diketahui, Samsung menyediakan empat pilihan ukuran untuk TV mereka. Tiga diantaranya, dibanderol dengan harga Rp 80,4 juta untuk tipe layar 65 inci, Rp 119,9 jutaan untuk 75 inci, dan Rp 166,9 jutaan untuk 82 inci.
TV ini bisa dibilang sebagai breakthrough, karena membuat standar baru untuk resolusi TV masa kini.
{Baca juga: Samsung Luncurkan QLED 8K TV, Harganya Setara Mobil LCGC}
“Kami sekarang membuat standar baru resolusi TV lewat QLED 8K TV,” tegas President Samsung Indonesia, Jae Hoon Kwon saat acara peluncuran Samsung QLED 8K TV di Jakarta, Kamis (25/04/2019).
Pertanyaannya sekarang, adakah alasan melirik atau membeli TV 8K ketika penetrasi TV 4K di Indonesia saja masih terus berkembang?
Menurut Ubay Bayanudin, Senior Product Marketing Manager TV and AV Samsung Indonesia, TV berukuran besar seharusnya memiliki resolusi yang besar juga, seperti QLED 8K TV. Sebab, TV besar yang tidak didukung dengan resolusi yang besar pula punya kerapatan pikselnya yang rendah dan berpengaruh pada detail konten yang ditampilkannya.
“Big TV seharusnya punya big resolution, karenanya muncul 8K. Dibandingkan UHD, layar 8K jauh lebih detail dan tajam,” ucap Ubay.
{Baca juga: Resolusi TV Sudah 8K, Lalu Konten Real 8K Kapan?}
TV besar beresolusi 8K dinilai sangat mampu memberikan kepuasan pada pengguna saat menonton. Karena, kualitasnya 4x lebih tinggi dari 4K dan 16x lebih baik dari Full HD, yang berarti tayangan konten akan terlihat lebih nyata.
“8K artinya ada 33,2 juta piksel yang memberikan detail pada gambar menjadi lebih baik,” katanya.
“Apalagi layar TV ini sudah 5000 nit brightness dan HDR10+ yang merupakan standar studio Holywood,” sambungnya.
Senada dengan Ubay, sutradara kondang Timo Tjahjanto juga menyatakan bahwa TV beresolusi tinggi dengan ukuran layar yang besar mampu memberikan informasi konten yang lebih banyak ke pengguna. Ia mengatakan, dari sisi konsumen yang terbiasa melihat konten di TV 4K pasti akan melihat perbedaan signifikan ketika melihat konten di TV 8K.
Sementara dari sisi film maker, Timo menjelaskan bahwa TV tersebut dapat menampilkan maksud, objek visual dan tujuan dari film maker ke penonton, yang biasanya sulit dipenuhi TV 4K apalagi Full HD.
“Patut untuk diapresiasi, karena maksud saya di film yang dibuat dapat terlihat dengan sangat baik,” ujar sutradara dari film Netflix, The Night Come for Us ini.
{Baca juga: Samsung Meluncurkan TV “Sultan”, Paling Mahal Rp1,5 Miliar}
“Semua warna keluar, semua warna yang saya inginkan, yang terkadang informasi itu hilang, dikeluarin lagi (ditampilkan) oleh TV ini,” jelasnya.
Ia juga mengapresiasi hadirnya teknologi berbasis Artificial Intelligence (AI) di Samsung QLED 8K TV. Menurutnya, AI seolah tahu titik atau objek mana yang harus dilihat penonton.
Kemudian ada juga AI Upscaling yang mampu memperbesar dan menyesuaikan gambar SD, Full HD sampai UHD ke 8K tanpa kehilangan tekstur detail dan bebas dari noise.
“Sebagai film maker ini juga harus diapresiasi karena maksud saya (di film) terlihat dengan baik,” pungkas Timo. (FHP)