Telset.id, Jakarta – Dua asosiasi bisnis di Selandia Baru, ANZA dan Dewan Komunikasi Komersil, mengimbau kepada sejumlah perusahaan untuk tak lagi beriklan di Facebook. Imbauan itu keluar pasca teror penembakan brutal yang menewaskan lebih dari 50 orang di Christchurch, Selandia Baru, Jumat (15/3) lalu.
“ANZA dan Dewan Komunikasi Komersil mendorong para pelaku bisnis dan mitra pengiklan untuk mempertimbangkan lagi memasang tayangan komersial di Facebook,” ujar seorang anggota asosiasi, seperti dikutip Telset.id dari Fortune, Kamis (21/3/2019).
“Kami juga menantang Facebook dan pemilik platform media sosial lain untuk segera mengambil langkah-langkah mengurangi konten kebencian secara efektif sebelum tragedi lain disiarkan kembali secara online,” sambungnya.
{Baca juga: Video Penembakan Masjid Selandia Baru Sempat Ditonton 4000 Kali}
Seperti diketahui ASB Bank, Lotto Selandia Baru, Burger King dan perusahaan telekomunikasi Spark telah menandatangani kontrak untuk menarik iklan dari Facebook. Sekadar informasi, ASB Bank adalah bank terbesar di Selandia Baru, dan menjadi salah satu pengiklan terbesar.
Mereka menarik iklan lantaran ragu terhadap kemampuan Facebook menangani konten di situs pascainsiden di Selandia Baru.
“Peristiwa di Christchurch menimbulkan pertanyaan, apakah Facebook bisa menarget konsumen dengan iklan dalam hitungan mikrodetik?,” kata asosiasi.
Sebelumnya, Facebook mengaku telah menghapus 1,5 juta video terkait serangan di Christchurch dalam kurun waktu 24 jam. Facebook juga telah menghapus video serangan dalam versi yang telah diedit dan tidak menampilkan konten grafis.
{Baca juga: Facebook Hapus 1,5 Juta Video Penembakan Masjid Selandia Baru}
Hal senada juga telah dilakukan YouTube. Situs berbagi video milik Google tersebut memastikan telah menghapus semua rekaman video penembakan di Masjid Al Noor dan Masjid Linwood, Selandia Baru, dari layanan.
YouTube sempat direpotkan dengan “serbuan” video aksi tak terpuji itu. Chief Product Officer YouTube, Neal Mohan, mengatakan bahwa pascakasus tersebut setiap detik ada satu video penembakan di Selandia Baru yang diunggah ke platform. Ia menyebut, situasi baru mulai terkendali ketika 24 jam setelahnya.
“Setiap kali tragedi serupa terjadi, kami harus mempelajari hal baru. Dalam kasus penembakan di Selandia Baru, volume video yang diunggah ke platform mencatatkan rekor,” terangnya, seperti dikutip dari Engadget. [SN/HBS]
Sumber: Fortune