Telset.id, Jakarta – China berhasil melakukan uji coba bus nirawak atau mobil otonom yang dikendalikan jaringan telekomunikasi berbasis 5G di jalan-jalan Kota Chongqing. Bus otonom 5G yang digerakkan baterai listrik tersebut dilengkapi teknologi canggih, seperti alat pengendali jaringan dan radar laser.
Menurut laporan Business Standard, dengan teknologi tersebut, bus dapat bergerak dan melaju secara otomatis tanpa sopir. Jaringan 5G yang akan menyokong bus berwarna putih-biru itu.
Sejumlah media resmi setempat melaporkan bahwa China sedang bekerja keras mengomersialkan teknologi 5G dengan mengajak kerja sama sejumlah perusahaan teknologi asing.
“Dengan begitu, para konsumen global bisa merasakan manfaat teknologi telekomunikasi yang lebih cepat,” kata juru bicara Kementerian Industri dan Teknologi Informasi China (MIIT) Wen Ku yang memperkirakan bahwa teknologi 5G sudah bisa dikomersialkan pada tahun ini.
{Baca juga: Selain Mobil Otonom, Baidu Juga Siapkan Bus Otonom}
Sebelumnya, China juga telah berhasil menguji coba siaran langsung melalui jaringan 5G. Penyiaran acara pertunjukan Tahun Baru Imlek yang menggunakan teknologi buatan Huawei tersebut dapat diterima pesawat televisi dalam format gambar panorama.
China dan Amerika Serikat (AS) memang diramal bakal mendominasi penelitian dan pengembangan global di bidang kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI). Siapa akan menjadi pemenangnya? Credit Suisse menyebut China bakal unggul atas AS.
Prediksi itu sebagian besar didasarkan kepada satu alasan, yakni China tidak memiliki hukum serius tentang perlindungan data. Ketiadaan hukum serius membuat perusahaan-perusahaan di China mempunyai cukup banyak kebebasan untuk mengembangkan teknologi.
Dong Tao, Wakil Ketua Greater China Credit Suisse Private Banking Asia Pasifik, menyatakan, saat ini China jauh meninggalkan AS dalam setiap jenis pengembangan AI, baik di sektor perangkat keras, penelitian dan algoritma, maupun komersialisasi industri. Tao mengutip data tersebut dari laporan Oxford University, baru-baru ini.
“Saya tidak mengatakan perusahaan China lebih baik daripada perusahaan AS. Saya tidak mengatakan insinyur China lebih baik daripada insinyur AS. Apa yang akan membuat China menjadi besar dalam pengembangan AI adalah ketiadaan hukum serius yang melindungi privasi data,” ujar Tao pada acara Credit Suisse Asian Investment Conference di Hong Kong seperti dilaporkan CNBC.
“Apilkasi pesan WeChat buatan China mampu memproses tujuh miliar foto sehari. Hal itu merupakan sumber data besar yang masif. Mereka bakal jadi memiliki keunggulan dalam pengenalan gambar,” lanjut Tao memaparkan.
{Baca juga: Tak Cuma 5G, China Juga akan Menangkan Persaingan AI}
Komentar Tao tersebut disampaikan di tengah peningkatan reaksi hukum atas masalah data dan privasi di beberapa negara. Facebook, misalnya, telah berada di bawah pengawasan seiring kasus dugaan pencurian data 50 juta pengguna oleh Cambridge Analytica.
Selain AI, perlombaan untuk mengembangkan jaringan 5G juga sedang berlangsung antara China, AS, dan negara-negara maju di Eropa. Analis memperkirakan, perlombaan itu bakal dimenangkan oleh China.
Sumber: business-standard