Telset.id, Jakarta – Seorang remaja berusia 18 tahun ditemukan tewas bunuh diri dengan cara gantung diri. Ironisnya, alasan sang bocah asal Mumbai ini nekat bunuh diri karena tidak dibelikan ponsel baru untuk bermain game Player Unknown’s Battlegrounds (PUBG).
Dilansir Telset.id dari Hindustan Times pada Minggu (10/02/2019), remaja malang yang tidak disebutkan namanya itu merupakan penduduk daerah Nehru Nagar di Kurla, Mumbai India.
Dikisahkan, bahwa remaja ini menuntut agar dia dibelikan sebuah smartphone high-end seharga 37 ribu Rupee atau setara Rp 7 juta untuk bisa bermain game PUBG. Namun pihak keluarga menolak permintaannya itu.
Menurut keterangan pihak kepolisian India, keluarga berpendapat bahwa mereka hanya akan membelikan smartphone yang harganya tak lebih dari 20 ribu Rupee.
{Baca juga: Takut Ketagihan, Bocah 11 Tahun Minta PUBG Diblokir}
Merasa bingung dan kesal, remaja itu kemudian melakukan aksi nekatnya dengan mengambil tali dan melakukan bunuh diri dengan cara menggantung diri di kipas langit-langit di dapur tempat tinggalnya.
Menurut kabar media setempat, kasus ini telah dilaporkan ke pihak kepolisian, dan kini tengah dilakukan proses penyelidikan lebih lanjut.
PUBG sendiri adalah game online multi-pemain yang sedang popoler. Dalam permainan ini, ada sekitar 100 pemain bertarung secara gratis untuk semua jenis pertempuran, dimana satu-satunya yang selamat muncul sebagai pemenang.
Pemerintah India sendiri sebelumnya memang sudah mengeluarkan kebijakan terkait game PUBG. Mereka mengeluarkan pernyataan tegas terkait fenomena dampak kecanduan game online.
Bahkan, pihak pemerintah negara tersebut sudah merilis daftar gameyang dianggap membahayakan anak-anak, termasuk game-game populer seperti PUBG, Fortnite, dan Pokemon.
{Baca juga: India Blokir Game PUBG, Fortnite dan Pokemon, Kenapa?}
Seperti dikutip Telset.id dari India Today, Jumat (8/2), Komisi Perlindungan Anak di Delhi telah memblokir beberapa game, termasuk Pokemon. Selain itu, ada pula PUBG, Fortnite, GTA, God of Warm Hitman, serta Plague Inc.
“Game tersebut terdapat unsur misoginis, kebencian, dan balas dendam yang berdampak negatif terhadap otak dan pola pikir anak ,” tulis pihak Komisi Perlindungan Anak di Delhi dalam pernyataaan resmi kepada publik. [NM/HBS]
Sumber: Hindustan Times