Telset.id, Jakarta – Para ahli dan politisi China merasa was-was terhadap integrasi teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) untuk peralatan militer. Pasalnya, senjata AI dianggap bisa memicu potensi perang antaranegara.
Menurut laporan terbaru badan pengawas keamanan nasional Amerika Serikat (AS) Center for a New American Security (CNAS), pemerintah China menganggap persaingan ketat terkait AI merupakan ancaman untuk kedamaian dunia.
Dikutip Telset.id dari The Verge, Jumat (8/2/2019), teknologi kecerdasan buatan telah dimanfaatkan oleh banyak negara di berbagai bidang, termasuk militer. Kecenderungan itu pun dinilai bakal mengubah norma dan cara negara dalam berkomunikasi.
Seorang senior di CNAS dan penulis laporan, Gregory C Allen, sempat mengungkap skenario spesifik dari pemerintah China mengenai peningkatan penggunaan drone. Drone tersebut punya berbagai ukuran dan beroperasi secara otomatis.
{Baca juga: Elon Musk: Artificial Intelligence Bisa Picu Perang Dunia 3}
Di AS, drone bahkan mampu beroperasi tanpa pilot, menjalankan tugas untuk mengawasi target. Namun, China justru lebih agresif dalam pengendalian alat, khususnya terkait senjata. Satu di antaranya terdapat di drone Blowfish A2.
Sebelumnya, CEO Microsoft, Satya Nadella, mengingatkan bahwa umat manusia akan menyaksikan sebuah perubahan yang sangat besar yang dibawa akibat kemajuan teknologi AI. Ia menyebut, dunia sedang berdiri di ambang lompatan besar.
{Baca juga: Ngeri! Ini yang Terjadi saat Artificial Intelligence Kuasai Dunia}
Menurutnya, ke depan mesin bakal melampaui kemampuan intelektual manusia. Teknologi digital segera terhubung ke dalam kehidupan sehari-hari hingga di tingkat manusia telah menganggap dunia benar-benar sebagai komputer.
Kekhawatiran serupa juga pernah diungkapkan oleh Elon Musk. Bos Tesla, SpaceX, dan Boring Company ini mengatakan jika persaingan antar negara yang sengit di ranah teknologi AI bisa memicu perang dunia ketiga.
“China, Rusia, semua negara akan segera memiliki ilmu komputer yang kuat. Persaingan AI di tingkat nasinal kemungkinan akan menyebabkan WW3,” katanya.
Kekhawatiran Musk tentu beralasan karena baru-baru ini ia serta perusahaan teknologi lainnya yang tersebar di 26 negara telah mengirimkan surat petisi ke PBB untuk melarang pengembangan atau penjualan senjata otonom yang mematikan, atau sering disebut sebagai robot pembunuh yang menggunakan teknologi AI.
[Baca juga: Elon Musk Lebih Takut AI Daripada Korea Utara]
“Setelah dikembangkan, robot pembunuh ini akan membiarkan konflik bersenjata terjadi dalam skala yang lebih besar daripada sebelumya dan pada tingkat yang lebih cepat daripada yang dapat dipahami manusia,” jelasnya. [SN/HBS]
Sumber: The Verge