Telset.id, Jakarta – Percaya gak percaya, ternyata orang tua lebih sering menyebar hoaks atau berita palsu di Twitter dan media sosial lainnya. Setidaknya itu menurut hasil studi yang dilakukan Northestern University, Harvard University, dan University at Buffalo.
Dikutip Telset.id, Minggu (27/1/2019), Independent menyebut, para peneliti dari tiga universitas ternama itu menemukan fakta yang cukup mengejutkan, yakni pengguna berusia tua dan konservatif cenderung lebih sering menyebar hoaks lewat Twitter.
Survei yang dilakukan terhadap pengguna internet sejak 1 Agustus hingga 6 Desember 2016 atau ketika Pemilihan Presiden AS itu mendapati bahwa orang tua merupakan pengguna medsos yang sangat antusias.
Dalam sehari, pengguna Twitter dari kalangan tua rata-rata membuat 70 kali cuitan. Dari jumlah tersebut, tercatat 0,1 persen pengguna yang membagikan 80 persen berita palsu. Peneliti memakai algoritma dalam riset.
“Algoritma mendeteksi berita palsu menggunakan kata-kata bernada menyinggung. Kami mendeteksi peredaran berita palsu hingga 90 persen pengguna,” kata Profesor Northeastern University, David Lazer.
{Baca juga: 5 Konten Hoaks yang Bikin Heboh di Awal 2019}
Tim peneliti mencocokkan lebih dari 16.400 akun Twitter yang mencuit menggunakan akun dengan nama asli. Dengan begitu, tim memastikan ada manusia di balik setiap berita palsu yang dicuitkan, bukan memakai bot.
Menurut Lazer, usia dan pandangan politik berpengaruh kuat terhadap kemungkinan seseorang membagikan berita palsu lewat Twitter. Bisa jadi, mereka melakukannya karena terlibat langsung dalam sistem politik.
Sebelumnya, studi peneliti di Princeston dan New York University mencatat, 11 persen pengguna Facebook di AS berusia 65 tahun ke atas kerap berbagi hoaks, tiga persen pengguna 18-29 tahun menyebar informasi palsu.
Lansia cenderung membagikan hoaks 7 kali lebih banyak daripada mereka yang berusia 29 tahun ke bawah, dan ini benar-benar terlepas dari ideologi, tingkat pendidikan atau afiliasi politik.
Adrew Guess yang merupakan salah satu peneliti mengatakan, banyak orang yang sudah memprediksi jika kelompok lansia yang paling banyak membagikan hoaks di internet.
“Bagi saya, apa yang menarik adalah bahwa hubungan tersebut berlaku bahkan ketika Anda mengontrol afiliasi atau ideologi pihak,” ucap ilmuwan politik dari Princeton University tersebut.
{Baca juga: Kominfo: Ada 3 Tipe Pelaku Penyebaran Hoaks}
“Fakta bahwa itu terlepas dari sifat-sifat lain ini cukup mengejutkan bagi saya. Bukan hanya didorong oleh orang tua yang lebih konservatif,” tambahnya. [SN/HBS]
Sumber: Independent