Telset.id, Jakarta – Kerap kita temukan orang-orang yang membagikan berita palsu atau hoaks di media sosial. Berdasarkan penelitian terbaru, ternyata para lansia paling sering bagikan hoaks, ketimbang kategori usia lainnya.
Dilansir Telset.id dari Ubergizmo, Jumat (11/01/2019), menurut penelitian yang dipublikasikan Science Advances melaporkan bahwa sebagian besar berita hoaks yang dibagikan di internet biasanya dilakukan oleh mereka yang berusia 65 tahun ke atas.
Lansia cenderung membagikan hoaks 7 kali lebih banyak daripada mereka yang berusia 29 tahun ke bawah, dan ini benar-benar terlepas dari ideologi, tingkat pendidikan atau afiliasi politik.
{Baca juga: Apple News Janji Tak Sebarkan Berita Palsu}
Adrew Guess yang merupakan salah satu peneliti mengatakan, banyak orang yang sudah memprediksi jika kelompok lansia yang paling banyak membagikan hoaks di internet.
“Bagi saya, apa yang menarik adalah bahwa hubungan tersebut berlaku bahkan ketika Anda mengontrol afiliasi atau ideologi pihak,” ucap ilmuwan politik dari Princeton University tersebut.
“Fakta bahwa itu terlepas dari sifat-sifat lain ini cukup mengejutkan bagi saya. Bukan hanya didorong oleh orang tua yang lebih konservatif,” tambahnya.
Sayangnya, penelitian ini tidak menjelaskan lebih mendalam mengapa kelompok lansia menjadi kategori usia yang paling banyak membagikan berita palsu. Hal inilah yang memunculkan spekulasi, bahwa kurangnya keterampilan dalam hal melek digital menjadi motif kenapa kelompok lansia banyak membagikan berita hoaks.
{Baca juga: Facebook Hapus Ratusan Akun Politik Penyebar Berita Palsu}
Penyebaran berita hoaks sudah pada tahap yang mengkhawatirkan. Melihat hal itu, pada Agustus 2018 Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggandeng Qlue untuk memerangi konten negatif, terutama berita palsu di dunia maya.
Kolaborasi itu diwujudkan dalam pembuatan dashboard khusus aduan konten yang diluncurkan melalui kerjasama bertajuk “Indonesia Menolak Dipecah Belah”.
{Baca juga: Kominfo Pakai Qlue untuk Perangi Berita Palsu}
“Ini merupakan komitmen kedua-belah pihak untuk mencegah dampak dari konten negatif dan berita palsu yang memecah-belah bangsa Indonesia,” kata Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kominfo Semuel Abrijani Pangerapan di Jakarta, Senin (27/8/2018).
Semuel menjelaskan, melalui Dashboard itu, Kominfo dapat menganalisis lebih dalam mengenai penyebaran konten negatif atau berita palsu yang dapat memecah-belah bangsa. Kerjasama ini dinilai penting karena jumlah penyebaran informasi palsu masih sangat tinggi. (NM/FHP)