Telset.id, Jakarta – Nissan Motor Co resmi memecat Carlos Ghosn dari posisi kepala (Chairman), Kamis (22/11/2018) waktu setempat. Namun pemecatan itu ternyata menimbulkan masalah baru, yakni tertundanya beberapa rencana kerjasama antara Renault-Nissan dan Mitsubishi Motors.
Seperti telah dikabarkan sebelumnya, bos Nissan ditangkap oleh otoritas Jepang di Bandara Haneda, Tokyo, Jepang, Senin (19/11/2018) lalu.
Tak hanya Ghosn, pabrikan asal Jepang itu mengumumkan bahwa jajaran dewan juga menyingkirkan Greg Kelly dari jabatan wakil direktur. Sama seperti Ghosn, Kelly juga dituduh terlibat dugaan penyelewengan keuangan perusahaan.
Keputusan itu membuat jabatan kepala di Nissan kosong. Sebelumnya, Renault mendesak dewan direksi untuk menunda pemecatan Ghosn, seperti ungkap sumber internal kepada Reuters, dikutip Telset.id pada Jumat (23/11/2018).
Ghosn adalah perancang Renault-Nissan, yang kerap disebut sebagai aliansi Perancis-Jepang. Pada 2016, aliansi tersebut memperluas kerja sama dengan mengikutsertakan Mitsubishi Motors. Ia juga menginisiasi adanya merger.
Jaksa Jepang mengatakan, Ghosn dan Kelly bersekongkol untuk mengurangi kompensasi. Kompensasi itu sebenarnya diterima Ghosn selama lima tahun sejak 2010. Ghosn hanya mencantumkan setengahnya.
Shin Kukimoto, wakil jaksa penuntut umum di Kantor Penuntut Umum Distrik Tokyo, mengatakan bahwa persetujuan pengadilan telah diterima sehari sebelumnya untuk menahan Ghosn selama 10 hari. Ghosn belum berkomentar.
Eksekutif Nissan memiliki lima dari sembilan kursi di dewan anggota aliansi. Renault punya dua kursi, sedangkan dua lainnya dipegang oleh direktur eksternal yang tidak memiliki afiliasi, yaitu dari mantan birokrat dan pembalap.
Ghosn dan Kelly sekarang masih dalam tahanan. Mereka sama sekali tak bisa membela diri terkait keputusan tegas dewan direksi Nissan. Renault telah menahan anggota dewan agar tidak memecat Ghosn sebagai ketua sekaligus CEO.
Seperti diketahui, selain rencana kerjasama dengan Mitsubishi, Renault-Nissan juga dikabarkan tengah menjalin kerja sama dengan Daimler dalam pengembangan teknologi baterai dan mobil otonom alias tanpa pengemudi. Kedua perusahaan juga bersinergi mengembangkan layanan mobilitas lain.
Kerja sama pengembangan baterai dan mobil otonom ini dinilai akan menjadi keuntungan bagi perusahaan untuk mengejar inovasi sekaligus menerapkan temuan yang digagas oleh tim peneliti kedua perusahaan.
Industri otomotif kini tengah mencari baterai yang lebih baik untuk keperluan mobil listrik. Selain itu, industri otomotif sedang mengalami peningkatan permintaan untuk mobil listrik sebagai kendaraan solutif bagi publik pada masa mendatang. [SN/HBS]
Sumber: Reuters