Telset.id, Jakarta – Amerika Serikat (AS) dan China tampaknya segera sepakat soal pencabutan embargo ZTE. Namun, untuk mencapai kesepakatan itu, ada konsekuensi logis yang harus ditanggung oleh China, negara asal ZTE. Informasi tersebut diungkapkan oleh sumber Reuters.
Seorang sumber mengatakan, Menteri Keuangan AS dan Wakil Perdana Menteri China telah melakukan pembicaraan di Washington, pekan lalu. Hasilnya, larangan terhadap ZTE bakal dicabut asalkan China membeli lebih banyak produk pertanian buatan perusahaan asal AS.
Sumber lain menyebut, AS akan mencabut larangan andaikan ZTE bersedia mengganti orang-orang di pucuk kepemimpinan perusahaan. Jika tak ada aral, realisasi kesepakatan itu akan selesai ketika Sekretaris Perdagangan AS, Wilbur Ross, bertandang ke Beijing pada pekan depan.
Terkait bocoran potensi kesepakatan antara AS dan China, ZTE belum memberikan komentar. Penasihat Gedung Putih mengatakan secara terbuka bahwa larangan terhadap ZTE memang sedang dikaji ulang. Akan tetapi, ZTE masih akan menghadapi hukuman lain berupa perubahan manajemen.
Pertengahan Mei 2018 lalu, Presiden AS, Donald Trump, mengaku akan bahu-membahu dengan Presiden China, Xi Jinping, untuk membantu ZTE Corp supaya bisa kembali beroperasi dalam waktu dekat.
“Akibat operasional ZTE berhenti, banyak pekerjaan di China yang hilang,” kicau Trump via Twitter, yang dilansir Reuters.
Larangan pengiriman komponen oleh pemerintah AS memang membuat ZTE kelimpungan. Kabar terbaru, perusahaan telekomunikasi tersebut memutuskan berhenti beroperasi. ZTE telah mengirimkan pesan ke Bursa Saham Hong Kong mengenai penghentian aktivitas bisnis itu.
Mau tak mau, ZTE harus berpikir keras untuk menjaga kas perusahaan yang untuk sementara tanpa pemasukan. ZTE juga masih mencoba lobi-lobi untuk meminta ampun soal embargo. Namun, upaya para petinggi ZTE menemui banyak kendala karena embargo melibatkan konflik petinggi dua negara.
Berita Terkait: ZTE Klaim Jadi Korban Perang Dagang China dan AS
Sejak awal April 2018, ZTE tak lagi bisa membeli chipset Qualcomm yang notabene milik AS. Hal tersebut terjadi setelah ada larangan resmi dari Departemen Perdagangan Negeri Paman Sam. Keputusan Departemen Perdagangan AS tersebut bertujuan untuk menghukum ZTE.
Mereka menilai, ZTE telah melanggar kesepakatan atas kesalahan yang diperbuat pada tahun lalu. ZTE sudah mengaku bersalah lantaran ketahuan mengirimkan barang dan teknologi buatannya di AS ke Iran dan Korea Utara. ZTE pun diwajibkan menindak pihak yang bertanggung jawab.
ZTE didorong memecat empat karyawan senior dan mendisiplinkan 35 orang lainnya dengan mengurangi bonus dan memberikan teguran keras. Sayang, ZTE melanggar kesepakatan itu. ZTE tidak mendisiplinkan serta tidak mengurangi bonus untuk 35 orang yang bertanggung jawab meski empat karyawan senior telah dipecat. [SN/HBS]
Sumber: Reuters