FBI Kembali Minta Apple Buka iPhone Teroris, Kenapa?

Telset.id, Jakarta – Masih ingat kasus San Bernardino? Pada Desember 2015 silam, Rizwan Farook dan istrinya, Tashfeen Malik, membunuh 14 orang menggunakan senjata api. Keduanya kemudian tewas ditembak polisi.

Belakangan, aparat AS mengatakan bahwa Farook telah bersumpah setia kepada kelompok teroris ISIS alias Negara Islam di Irak dan Suriah. Hal itu diketahui melalui unggahan Farook di media sosial tepat pada hari penembakan.

Meski Farook dan sang pendamping mati, kasus tak lantas ditutup. Untuk menyelidiki kebenaran keterlibatan pasangan suami-istri tersebut dengan ISIS, aparat AS berupaya memeriksa semua data. Mereka bahkan menelisik apa yang ada di dalam ponsel Farook dan Malik.

Nah, di sinilah masalah dimulai. Saat akan dibuka, ponsel iPhone 5C yang dimiliki Farook dan Malik ternyata dalam kondisi terkunci. Hanya kode sandi yang bisa membuka kunci iPhone milik dua terduga teroris tersebut. Aparat tak kehabisan akal.

Menggunakan kewenangannya, petugas meminta kepada Apple untuk membuka kunci iPhone Farook dan Malik. Namun, tanpa diduga, Apple menolaknya. Kasus pun lantas bergulir ke jalur hukum. Pada awal Maret 2016, pengadilan di Brooklyn menolak permintaan aparat AS kepada Apple.

Baca juga: Apple Tolak Permintaan FBI untuk Akses ‘Backdoor’

Aparat tak tinggal diam dan mengajukan banding. Hasilnya, pengadilan memerintahkan kepada Apple untuk membantu FBI guna membobol perangkat lunak keamanan di iPhone milik Farook, yang konon berisi informasi sangat penting. Namun, lagi-lagi, Apple bersikeras menolak.

Lewat pernyataan, pemimpin Apple, Tim Cook, mengatakan bahwa pemerintah AS menuntut Apple untuk melakukan tindakan yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Karenya, ia menyebut, upaya pemerintah AS mengancam keamanan para konsumen Apple.

Maret 2016, dibantu pihak ketiga, Direktur Federal Bureau of Investigation (FBI), James Comey, terpaksa mengeluarkan uang sangat banyak hanya untuk membuka kunci iPhone milik Farook dan Malik.

Tak tanggung-tanggung, jumlahnya tak kurang dari 1,3 juta dolar AS atau Rp 17,1 miliar, setara dengan gaji Comey selama tujuh tahun dan empat bulan ke depan sampai pensiun.

Dilaporkan CNET, Rabu (28/3) kemarin waktu setempat, FBI kembali meminta kepada Apple untuk membuka kunci iPhone milik almarhum Farook.

Namun, upaya itu terkesan janggal. Kenapa? Bukannya pada Maret 2016 FBI sudah berhasil membuka kunci iPhone tersebut?

FBI tidak menjawabnya. Biro investigasi AS itu hanya mengatakan, tidak ada cara lain untuk memeriksa data iPhone milik Farook selain meminta bantuan dari Apple.

Baca juga: Edward Snowden “Ajarin” FBI Cara Bobol iPhone

Namun, Departemen Kehakiman AS menjelaskan alasan kenapa FBI ngotot lagi supaya Apple bersedia membuka kunci iPhone Farook.

“Dalam kesaksian kepada Kongres, Comey menyatakan bahwa FBI belum 100 persen berhasil memongkar dan memeriksa data iPhone milik tersangka Farook. Pihak ketiga yang ditunjuk FBI untuk melakukan pembongkaran baru hampir 90 persen sukses membobol sistem keamanan ponsel itu,” papar pihak Departemen Kehakiman AS.

Berbeda dengan dua tahun lalu, kali ini FBI benar-benar bergantung kepada Apple untuk menuntaskan penyelidikan kasus San Bernardino. FBI merasa sudah tak punya jalan keluar untuk mengoprek seluruh data di iPhone Farook dan Malik. Sayang, pihak Apple belum merespons permintaan tersebut. [SN/HBS]

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TERKAIT

REKOMENDASI
ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI