MRT Singapura Adopsi Teknologi AI

Telset.id, JAKARTA – Layanan transportasi publik Singapura semakin melangkah jauh kedepan. Ketika Indonesia baru membangun pondasi kereta api cepat atau mass rapid transit (MRT), negeri seukuran kota kecil ini sudah menguji berbagai sistem baru yang memanfaatkan data dan kecerdasan buatan (AI).

Teknologi ini akan meningkatkan keandalan rel dan memprediksi waktu tunggu penumpang lebih baik, artinya jadwal perjalanan bakal semakin tepat waktu. Rencananya teknologi anyar ini akan diluncurkan pada akhir tahun 2018.

Menurut halaman channelnewsasia.com, teknolohi yang digunakan diantaranya adalah sensor yang dapat mendeteksi kerusakan jalur dengan lebih baik, platform digital untuk pembaruan perawatan dan sistem yang dapat membantu memprediksi kerusakan. Caranya dengan menganalisis data yang dikumpulkan oleh perangkat tersebut.

[Baca juga: Tekan Jumlah Mobil, Singapura Bangun Transportasi Otonom]

Sistem Monitoring Kereta Api dan Track Condition (TTCM) itu menggunakan sensor serat optik untuk mendeteksi getaran abnormal secara real time. Getaran semacam itu biasanya timbul karena terjadi kerusakan rel atau penurunan roda kereta.

“Kami telah memasang sensor serat optik ke as roda kereta penumpang, sehingga dapat mendeteksi degradasi jalur saat beroperasi sehari-hari,” kata insinyur sistem masa depan SMRT Ang Zi Keng.

“Ada juga seperangkat sensor serat optik trackside yang terpisah, yang dapat menguatkan data getaran sehingga dapat menemukan dan mengidentifikasi kesalahan untuk diperbaiki.” imbuh dia.

Dibandingkan sensor sebelumnya yang kurang efisien, sensor baru ini tidak terlalu rentan terhadap kesalahan manusia.

Ketika kerusakan terdeteksi, pekerja akan dapat mengandalkan Track Access Management System (TAMS). Ini menggunakan AI untuk memprioritaskan pemesanan waktu lintasan untuk pekerjaan perbaikan selama jam perawatan.

SMRT juga akan menerapkan Sistem Operasi Pemeliharaan Terintegrasi tanpa kertas (iMOS) yang akan memungkinkan staf pemeliharaan meng-update pekerjaannya dengan komputer tablet.

Semua data yang dikumpulkan dari berbagai sistem kemudian akan dimasukkan ke dalam Predictive Decision Support System (PDSS). Kemudian sistem akan memprioritaskan aktivitas pemeliharaan tertentu dan memprediksi potensi masalah berdasarkan tren yang disarankan dari data ini.

Namun sistem hanya akan bekerja secara akurat saat sistem data terkait lainnya aktif dan berjalan.

“Saat ini kami sedang memvalidasi keakuratan tren data kami. Akurasi adalah kunci,” kata insinyur SMRT Ms Sian Pei, yang sedang mengerjakan PDSS.

“Semua sistem lainnya, pertama-tama harus memiliki akurasi sekitar 80 persen. Baru setelah itu PDSS bisa memprediksi dengan lebih baik apa yang dibutuhkan melalui korelasi data.” imbuh Dia.

Singkatnya, PDSS akan melipatgandakan efisiensi pekerjaan pemeliharaan. Adopsi berbagai inovasi baru ini bertujuan untuk mengurangi penundaan jadwal keberangkatan kereta akibat inefisiensi sebelumnya.

Pada akhir tahun ini, SMRT juga berencana meluncurkan Advanced Crowd Sensing System (ACSS) yang dapat memantau seberapa ramai platform kereta api dan memberitahu penumpang waktu tunggu untuk kereta berdasarkan tempat mereka berdiri dalam antrian.

Peningkatan teknologi baru diharapkan menghasilkan pengalaman penumpang yang lebih baik dan keandalan rel yang meningkat. Namun, operator kereta api menolak untuk mengungkapkan kocek yang harus dirogoh untuk sistem baru ini. [WS/HBS]

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TERKAIT

REKOMENDASI
ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI