Telset.id, JAKARTA – Perkembangan teknologi Internet telah nyaris menghilangkan sekat informasi dunia, yang memunculkan potensi kejahatan siber nasional. Namun untuk memperkuat keamanan siber, pemerintah tidak butuh bantuan asing.
Pakar Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Onno W Purbo menyatakan upaya memperkuat keamanan siber nasional tidak cukup hanya dengan memanfaatkan teknologi tinggi dan kerjasama dari otoritas terkait.
Pemerintah dianjurkan memperkuat pertahanan dari akarnya, yakni generasi muda melalui peningkatan kapasitas pendidikan nasional melalui tenaga ahli dalam negeri.
“Jadi sebenarnya kita tidak perlu bantuan luar negeri untuk meningkatkan kapasitas pendidikan nasional. Banyak orang Indonesia yang memiliki kapasitas bagus dan menjadi pengajar keamanan internet skala internasional,” ujar Onno di Jakarta baru-baru ini.
[Baca juga: Buku Putih Pedoman Siber Segera Diluncurkan]
Dia mencontohkan acara seminar dan pelatihan keamanan siber internasional yang akan di gelar di Thailand bulan ini, yang hampir semua pengisi materinya orang Indonesia.
Bahkan, dosen lulusan Kanada ini juga menyatakan banyak aplikasi media sosial (medsos) buatan lokal yang tidak kalah bagus dengan buatan asing yang sedang menjadi tren saat ini.
Tingkat melek internet masyarakat, khususnya para pengajar, juga merupakan faktor penting yang harus disadari pemerintah. Terlebih sejak 2013 pelajaran TIK dihilangkan dari kurikulum sekolah, sehingga banyak pengajar di daerah perdesaan yang tidak bisa mengoperasikan komputer atau internet.
Angka melek internet rendah juga menjadi sumber pemborosan anggaran sektor pendidikan. Onno mencontohkan biaya fotocopy di tiap sekolah mencapai kisaran Rp 6-22 juta per semester.
“Jadi (Saran saya) kebijakannya intinya sederhana, bagaimana menaikan produk domestik bruto (GDP) nantinya keamanan siber juga naik. Selain itu bagaimana supaya 90% warga Negara melek internet dan paham menggunakannya,” jelas dia.
Disisi lain, tingkat konsumsi masyarakat terhadap ponsel, yang sebagian besar buatan luar negeri, terus meroket. Dari data yang didapatkannya, belanja ponsel masyarakat tiap bulan mencapai RP2-3 triliun.
[Baca juga: Rudiantara: Keamanan Siber Bukan Hanya Masalah Indonesia]
Angka belanja tersebut menunjukkan bukti terjadinya penjajahan asing tanpa disadari semua pihak. Padahal, salah satu pondasi meningkatkan keamanan siber berasal dari ketahanan teknologi nasional.
“Konsekuensinya harus bertahan dengan memproduksinya di dalam negeri,” pungkas dia. [WS/HBS]