Telset.id, Jakarta – Melakukan pembayaran digital melalui ponsel sedang menjadi tren yang berkembang pesat di Amerika dan Eropa berkat Apple Pay dan Android Pay. Tapi semua itu tidak ada apa-apanya jika dibandingkan di China, karena pengemis pun kini menerima pembayaran “cashless” dengan uang digital.
Kemajuan teknologi di China sudah berkembang sangat pesat, dan bahkan menjadi salah satu yang terbesar di dunia. Penggunaan Internet di negara ini juga sudah sangat masif, mulai dari perangkat pintar seperti smartphone, hingga sistem pembayaran cashles dengan uang elektronik.
Uniknya, pengemis di China juga sudah sangat ‘melek teknologi’. Tak hanya menenteng smartphone sebagai alat berkomunikasi, pengemis di China juga sudah menggunakan uang digital sebagai alat “pembayaran”.
Seperti dilaporkan Mirror, para pengemis di China kini mulai menerima pembayaran secara cashless dengan menawarkan kode QR kepada orang yang lewat di jalanan jika ingin memberikan uang sumbangan.
Harga smartphone yang murah dan dan dominasi aplikasi WeChat dan Alipay sebagai sistem pembayaran yang luas di China juga mendorong meningkatnya pembayaran non tunai dengan uang digital, baik di kota besar hingga daerah pedesaan di China.
Seperti yang dilaporkan IBTimes awal tahun ini, pengemis di Jinan (kota di provinsi Shandong di timur China) telah berkumpul di tempat-tempat wisata yang populer dan menerima sumbangan dari wisatawan dengan memakai uang digital.
Karena tidak ada uang fisik yang dipertukarkan, seringkali bisa lebih mudah bagi pengemis untuk menghasilkan uang dengan cara menawarkan sistem pembayaran mobile kepada para wisatawan.
Namun, laporan dari media-media lokal mengungkap kenyataan yang cukup mengejutkan di balik fenomena pengemis digital di China ini. Pasalnya, cara mengemis dengan sistem digital ini bukan murni dari inisiatif dari para pengemis.
Menurut China Channel, para pengemis ini tidak bergerak sendiri, melainkan mereka dibayar oleh sebuah perusahaan yang menyediakan QR code. Setiap pengemis hanya mendapatkan sekitar 0,7 hingga 1,5 Yuan (sekitar Rp 1.500 sampai Rp 3.000) per transaksi yang berhasil.
[Baca juga: Bikin Perangkat Windows 10 Lebih Ngebut, Begini Caranya]
“Saya dibayar 1 Yuan (Rp 2.000) per orang yang memindai kode (QR code) tersebut,” ujar seorang pengemis.
Tapi para perusahaan yang membayar para pengemis ini tidak hanya mengejar keuntungan dari uang hasil mengemis. Praktik ini juga dijadikan modus untuk mengumpulkan data pengguna aplikasi WeChat. Karena setiap orang harus memberikan data akun pribadinya jika ingin mentransfer uang dengan menggunakan pembayaran digital.
“Sama seperti data akun email dan nomor ponsel yang banyak diperjualbelikan, akun WeChat di China juga bisa dijual dengan harga tertentu,” tulis laporan China Channel.[HBS]