Skor AnTuTu Hanya Catatan “Gengsi” yang Terukur?

Telset.id, Jakarta –  AnTuTu Benchmark seperti telah menjadi “aplikasi wajib” bagi pengguna yang ingin menguji kemampuan atau performa sebuah smartphone. Tapi apakah memang skor AnTuTu benar-benar bisa menjadi acuan untuk mengukur performa smartphone atau hanya sekedar gengsi?

Tak bisa dipungkiri, aplikasi benchmarking yang banyak digunakan oleh pengguna Android adalah AnTuTu. Di lain sisi, para vendor ponsel yang kini tengah bersaing ketat meluncurkan perangkat dengan chipset terbaru yang ditenagai RAM besar juga memanfaatkan AnTuTu sebagai “etalase” untuk jualan produk mereka.

AnTuTu Benchmark menjadi terkenal ketika Google membawanya sebagai benchmark di acara Google I/O beberapa tahun lalu, saat Hugo Bara masih di Google belum hengkang ke Xiaomi. Tapi apakah AnTuTu memang menjadi parameter untuk mengukur performa sebuah smartphone?

[Baca juga: Ini 10 Smartphone Terbaik Versi AnTuTu di 2016]

Menurut Gadget Enthusiast, Lucky Sebastian, walaupun tidak ada benchmark yang benar-benar bisa memberikan gambaran asli bagaimana real performance setiap smartphone ketika benar digunakan, AnTuTu ini banyak digunakan sebagai gambaran awal

“Web-web yang review performance smartphone dengan serius, misal Anandtech, jarang sekali menggunakan AnTuTu sebagai benchmark, mereka lebih banyak breakdown setiap segmen, dan seringkali memiliki alat ukur benchmark yang berbeda,” ujarnya saat berbincang dengan Telset.id, Kamis (19/01/2017).

Ada 4 kategori penilaian skor utama di AnTuTu, yakni 3D, UX, CPU dan RAM. Nilai bobot terbesar adalah 3D, disusul UX dan CPU berimbang, dan yang terkecil adalah RAM. UX ini kira-kira OS dan management software, yang setiap ada update, bisa mengubah sampai drastis score AnTuTu.

Banyak berita dan test yang memperlihatkan banyak vendor bisa “mengakali” parameter secara otomatis ketika mengenali aplikasi AnTuTu ini berjalan, misalnya menaikkan batas atas suhu prosesor atau GPU, menaikkan clock prosesor supaya hasil benchmark-nya besar. Karena orang awam terbiasa melihat angka AnTuTu, dan AnTuTu ini bisa menjadi nilai jual.

“AnTuTu ini bisa diubah dengan mudah, terutama device yang sudah di root. Bahkan ada custom ROM yang dibuat untuk bencmark AnTuTu melampaui standar kemampuan hardware-nya. Banyak yang ngajarin caranya di forum-forum, termasuk ada di YouTube,” jelas Lucky.

Dalam setiap benchmark, walau di device yang sama, skor AnTuTu tidak pernah sama. Walaupun diulang pada device yang sama dan waktu berdekatan, karena banyak parameter yang bisa mempengaruhi hasil score. Misalnya, device yang sudah penuh aplikasi akan berbeda hasil skornya dengan device baru.

“Suhu device saat digunakan akan berpengaruh sekali, bahkan jika ingin skor  AnTuTu naik 1.000 poin, cukup masukkan saja ke kulkas kemudian baru di benchmark,” tutur pria yang akrab disapa kang Luck ini.

Menurutnya, device yang sedang terkoneksi internet dan flight mode, akan berbeda pula hasilnya. Device ketika menggunakan power saving mode, akan rendah skornya dibanding saat tidak menggunakan power saving mode. “Jadi banyak parameter saat benchmark dilakukan yang tidak ada parameter standarnya.

“Jadi sebenarnya kita tidak perlu terlalu baku melihat hasil benchmark AnTuTu, lebih dianggap sebagai gambaran awal, device yang di benchmark masuk kelas apa sih, apakah hi-end atau mid end, dll,” tandasnya.

AnTuTu Bisa Diakali

Kabar soal AnTuTu bisa diakali memang sudah lama terdengar. Nah, untuk membuktikannya, kita bisa coba lihat tabel skor di bawah, khususnya OnePlus 3, device yang berhasil “survive” dari paruh tahun pertama hingga paruh tahun kedua.

Lihat posisi dan skornya saat di bulan November 2016. Posisinya di ke-9, dan saat report Desember (best 2016), skornya AnTuTu tiba-tiba naik jauh ke posisi 6. Hal ini agak aneh jika average score (kolektif) bisa naik dengan angka yang cukup signifikan.

Sementara itu lihat di bulan yang sama, Xiaomi 5S Plus yang awalnya di posisi 4 tiba-tiba bisa ke posisi 9. Padahal secara spesifikasi prosesornya lebih baru, yakni Snapdragon 821 dibanding OnePlus3 yang masih menggunakan Snapdragon 820.

Lihat pula Xiaomi 5S Plus, yang asalnya di November, posisinya di atas Mi 5S, pada bulan berikutnya malah kalah oleh Mi 5S. Lihat skor di November 2016, diatas Oneplus 3 ada 4 device yang lebih unggul, yakni Smartisan, Xiaomi Note 2, dan Huawei Mate 9, ke-3 device tersebut tidak ada di bulan berikutnya.

“Jadi kelihatan brand tertentu bisa melakukan update, entah masuk kategori cheat atau tidak, dan mengubah total skor AnTuTu. Ini membuktikan skor AnTuTu memang bisa diakali,” tandas Lucky.

[Baca juga: Kenapa Duo Galaxy S7 Tidak Masuk “Best 10” AnTuTu]

Menurutnya, kita sulit membedakan mana device yang lebih cepat, karena perangkat-perangkat flagship sekarang memang sudah cepat. Jadi kalau saat ini bisa masuk 10 besar AnTuTu, kita hanya bisa memastikan device tersebut memang cepat dan mostly flawless.

“Tapi device yang ada di urutan lebih bawah dari 10 besar dalam daftar AnTuTu, sebenarnya saat digunakan tidak akan berbeda, karena memang device yang cepat sekarang ini sangat banyak,” ujarnya.

Jadi, skor-skor ini sebenarnya hanya lebih sekedar “gengsi” yang terukur, tetapi tidak terlalu bermanfaat saat digunakan. Banyak pertimbangan lain yang lebih real. Tapi tak bisa dipungkiri, ada sebagian orang yang melihat angka-angka tetap berpengaruh untuk melihat batasan-batasan yang lebih terukur. [HBS]

 

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TERKAIT

REKOMENDASI
ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI